Prof. Dr. Nurhayati Djamas, MA., M.Si.
Enterprising, Budaya Islami Korporat dan Integrasi adalah tiga matra yang menjadi penyangga bagi pencapaian keunggulan Universitas al Azhar Indonesia. Tiga matra tersebut merupakan hasil kontemplasi pemikiran dari para pendahulu (assabiquunal awwaluun) perintis awal Universitas al Azhar Indonesia yang terus dilanjutkan oleh para penggerak dalam upayanya mencapai kemajuan UAI sampai sekarang. Karena itu ketiga penyangga pencapaian keunikan dan keunggulan UAI tersebut perlu terus disosialisasikan kepada seluruh civitas akademika UAI.
Pertama, ide dasar enterprising sejatinya merupakan ruh penggerak dalam berbuat bagi pencapaian visi dan tujuan UAI dengan semangat kolaborasi, kerjasama saling bersinergi dengan terus mengupayakan lahirnya ide dan gagasan inovatif guna merespon tantangan baru, yang kemudian diwujudkan ke dalam langkah kreatif pencapaian keunggulan UAI. Sebagai ruh penggerak untuk mencapai keunggulan, semangat enterprising perlu terus dipupuk dan dikembangkan pada seluruh jajaran civitas akademika UAI agar fungsional dalam setiap langkah dan peran yang dijalankan bagi kemajuan UAI. Demikian pula, pencapaian keunggulan UAI memerlukan jabaran ke dalam tataran operasional berjenjang dengan indikator yang jelas, konkrit dan terukur meliputi ketiga Dharma Perguruan Tinggi sebagai core mission UAI. Disamping itu, terkait ruh enterprising yang disamping diarahkan pada pembentukan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan pada seluruh civitas akademika, terutama juga pada mahasiswa, yang kemudian perlu diwujudkan dalam bentuk usaha dan produk kreatif enterprise dengan ragam jenisnya.
Kedua, budaya Islami Korporat menjadi sesuatu yang bersifat mandatory berkaitan dengan fakta historis kelahiran UAI dari lingkungan masjid yang keberadaannya secara fisik juga terintegrasi dengan masjid. Dengan latar belakang historis tersebut, keberadaan UAI dengan sendirinya tidak dapat dilepaskan dari jati diri keislaman itu sendiri dan core values Islami sebagai landasan budaya korporatnya. Islam yang berkembang dan menjadi budaya Al Azhar adalah Islam wasathiyah, Islam moderat garis tengah. Komunitas al Azhar merupakan arena pertemuan dari berbagai kelompok muslim yang tidak dibeda-bedakan latar belakangnya, apakah dari kalangan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, al Washliyah dan aliran keagamaan lainnya yang ada di Indonesia. Keterikatan mereka dengan al Azhar karena menjadi menjadi jamaah rutin dari beragam kegiatan keislaman yang diselenggarakan baik di lingkungan masjid al Azhar, shalat jumat, shalat berjamaah, tarawih Ramadhan, pengajian, dan aktivitas keislaman lainnya, atau mereka yang menjadi bagian komunitas al Azhar karena anak-anaknya bersekolah di sekolah-sekolah al Azhar dan juga di Perguruan tinggi al Al Azhar. Karena itu patokan Islam wasathiyah itulah yang menjadi prinsip utama pengembangan budaya Islami korporat UAI, dengan memegang teguh prinsip akidah tauhid yang bermuara pada ketakwaan. Dengan prinsip Islam wasathiyah, UAI akan mampu mengekspresikan Islam sebagai rahmatan lil alamiin dalam kehidupan bersama antar manusia.
Budaya terbentuk dari interaksi terus menerus yang berpatokan nilai yang sama dan terpola dalam aktivitas rutin manusia di lingkungan komunitasnya. Karena itu, sumber daya manusia memegang peran penting dalam pengembangan budaya di komunitas manapun, termasuk di lingkungan UAI. Mengacu pada patokan ayat al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 190-191, maka SDM UAI adalah mereka yang termasuk ke dalam kategori ulul-albab, yaitu orang yang beriman, berilmu dan beramal, yang mengemban misi menggali, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan umat manusia.
Ketiga, integrasi pada dasarnya merupakan pencarian titik temu dua dimensi kebenaran dari Allah, yaitu kebenaran wahyu kalam Allah (ayat qauliyah) dalam al Qur’an sebagai domain kerja fungsional akal dan qalbun (hati), serta kebenaran saintifik ilmu pengetahuan hasil eksplorasi para saintis ulul albab dalam memahami dan memaknai seluruh ciptaan Allah di alam semesta (ayat kauniyah) dengan domain kerja fungsional akal dan fungsi sensorik inderawi. Landasan pencarian titik temu atau integrasi dari dua dimensi kebenaran tersebut adalah tauhid, keyakinan iman terhadap satu-satunya Tuhan, Allah Pencipta dan Pengatur skenario seluruh kehidupan di alam semesta dalam kerangka sunnatullah. Manusia sebagai pemegang mandat ulul albab yang diciptakan Allah dengan perangkat instrumental kemanusiaan untuk menjalankan mandat tersebut berupa akal dan indera, hati nurani (qalbun-al fuad) dengan fungsi menyerap kebenaran Ilahi, serta potensi nafs, daya mental sebagai pendorong motivasi yang harus bekerja secara proporsional dalam koridor pedoman Ilahi (wahyu al Qur’an). Karena itu matra integrasi merupakan salah satu prioritas bagi UAI agar langkah eksplorasi, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dapat diarahkan pada pembentukan peradaban baru Islam dengan topangan khazanah ilmu pengetahuan terintegrasi, terlepas dari dikotomi yang memisahkan ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah Rasul, dengan ilmu pengetahuan yang bersumber dari hasil eksplorasi pemahaman manusia terhadap ciptaan Allah di alam semesta. Penerbitan e-buletin al bayan ini merupakan media distribusi informasi dan beragam fakta terkait ketiga penyangga tata kelola Tri Dharma Perguruan Tinggi mencapai tujuan dan keunggulan UAI.