Prof. Dr. Nurhayati Djamas, MA., M.Si.
Kampus universitas adalah pusat pesemaian untuk memproduksi ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi serta melahirkan para sarjana dengan temuan-temuan saintifik hasil eksperimen yang siap digunakan untuk merespon tantangan perubahan sosial ekonomi dan lingkungan. Kampus universitas ibarat sebuah laboratorium besar dengan eksperimen berkelanjutan tentang manusia itu sendiri dengan segala kebutuhan dan perubahan perilakunya, di samping eksperimen terkait ragam aspek kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hasil eksperimen laboratorium besar itu akan ikut menandai gerak perubahan dan perkembangan ekonomi serta kehidupan masyarakat.
Keseharian kehidupan kampus adalah gambaran dari learning process melalui interaksi antar elemen kampus, tidak hanya dalam bentuk transfer of knowledge, tapi juga sebagai proses menemukan pengalaman baru, keterampilan dan kompetensi yang terbarukan, serta pemaknaan terhadap dinamika perubahan yang terus berlangsung. Interaksi dalam proses pembelajaran sekaligus berfungsi menjadi penggerak lahirnya ide dan gagasan baru sebagai bagian dari wacana akademik di kampus. Proses pembelajaran yang berlangsung juga berfungsi sebagai media pembentukan mindset yang kemudian mendorong terbentuknya sikap dan tindakan dalam merespon stimulus lingkungan. Hal itu terutama berkaitan dengan proses pembelajaran bagi pembentukan mindset kewirausahaan pada MKU JK3, salah satu mata kuliah unggulan di UAI. Sebagai enterprising university, salah satu misi pembelajarannya adalah membangun mindset kewirausahaan untuk menumbuhkan semangat penggerak bagi lahirnya ide dan gagasan baru yang siap diimplementasikan sebagai solusi terhadap tantangan perubahan lingkungan sosial ekonomi.
Pelaksanaan tugas dan misi Universitas dalam menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi yang dilakukan dengan pendekatan saling keterkaitan antara universitas dengan unsur pemerintah, dunia industri dan bisnis yang dikenal dengan konsep Triple Helix, dan kemudian diperluas dengan melibatkan unsur masyarakat menjadi Quadruple Helix. Konsep quadruple helix mencerminkan pendekatan saling keterkaitan fungsi antara universitas yang memproduksi ilmu pengetahuan, dengan fungsi pemerintah pada tataran regulasi dan fasilitasi, dan dunia industri dan bisnis, termasuk UKM dalam mengembangkan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based economy), serta masyarakat sebagai pengguna atau konsumen. Penerapan konsep quadruple helix dapat diujicobakan sebagai pendekatan dalam implementasi kebijakan Kampus Merdeka di Perguruan Tinggi. Model yang dapat dikembangkan dengan mendisain operasionalisasi program Kampus Merdeka yang menggambarkan saling keterhubungan program antara program akademik universitas dengan program di dunia industri, bisnis dan UKM, serta program pemerintah, dengan komunitas sebagai segmen konsumen.
Munculnya pandemic covid 19 yang langsung menyebar mendunia sejak tahun 2020 telah menimbulkan rentetan disrupsi di berbagai bidang kehidupan, termasuk pada format pembelajaran dan aktivitas akademik lainnya di kampus. Akibat pandemic covid 19 dan dalam upaya mencegah meluasnya penyebaran dampak covid 19, maka proses akademik di Perguruan Tinggi dilakukan melalui pembelajaran daring, yang tentu jauh berbeda dengan pembelajaran melalui interaksi langsung. Penelitian yang dilakukan oleh International Association of Universities (IAU) di tahun 2020 pada 109 negara di dunia dengan melibatkan 424 universitas menyebutkan bahwa pandemic covid 19 telah mendorong universitas di dunia untuk mengalihkan proses pembelajaran dari interaksi langsung kepada format pembelajaran daring, Selanjutnya hasil penelitian IAU mengidentifikasi terdapat 3 (tiga) kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring yaitu, pertama berkaitan dengan infrastruktur teknis dan assessibilitas untuk melaksanakan pembelajaran daring, seperti yang juga dialami di Indonesia ketidak mampuan menyediakan perangkat teknis dan serta gangguan teknis dalam proses pembelajaran. Kedua, yang terkait dengan faktor kompetensi dan aspek pedagogic dalam pelaksanaan pembelajaran; serta ketiga berhubungan dengan bidang studi, seperti pada bidang studi Teknik tertentu. Pandemic covid juga telah menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan riset, terutama yang mengharuskan peneliti untuk turun ke lapangan. Namun, sisi positif dari pengalaman disrupsi pembelajaran akibat pandemic covid 19 telah memberikan alternatif pilihan pembelajaran yang lebih fleksibel dalam bentuk hybrid learning atau pun blended learning.
Bila sebelum pandemic covid 19, proses pembelajaran dilakukan melalui interaksi langsung, dimana ada human touch, kesempatan berbagi makna, mengasah kearifan, empati dan kepekaan rasa, namun pada pembelajaran daring interaksi antar manusia berlangsung dalam nuansa yang lebih bersifat mekanik dan juga tidak terlepas dari beragam kendala teknis dan non teknis, baik pada dosen maupun pada mahasiswa. Sebagai contoh, salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa misalnya terkait akses terhadap sumber belajar ataupun sumber referensi di perpustakaan yang dalam masa PSBB sulit diakses terutama dikeluhkan para mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi. Ada beberapa bentuk respon mahasiswa ketika berhadapan dengan hambatan seperti itu. Pertama bagi mahasiswa yang pro aktif menggunakan instrument digital, ia akan mencari sumber referensi dengan menggunakan link situs e-library dengan menyediakan e-book gratis dan sejenis. Ada juga mahasiswa yang mencari peluang untuk datang ke perpustakaan yang bisa diakses pada waktu-waktu tertentu. Tapi ada mahasiswa yang menyerah pada keadaan dan berakibat penyelesaian skripsi tertunda. Tantangan seperti itu dengan sendirinya memerlukan solusi agar tidak sampai menjadi hambatan dalam pelaksanaan proses akademik, misalnya dengan mengembangkan digital library dilengkapi dengan e-book, e-journal dan sumber belajar elektronik lainnya. Ini hanya salah satu contoh di antara sekian kendala yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam proses akademik di masa pandemic covid 19, diantara banyak tantangan lain akibat disrupsi yang ditimbulkan oleh wabah ini.
Pandemic covid 19 merupakan fenomena yang tidak dirancang dan muncul tiba-tiba saja, namun dengan seketika mengubah beragam tatanan kehidupan manusia. Disrupsi yang ditimbulkan oleh wabah covid 19 memerlukan respon kreatif berupa format baru tata kelola berbagai aspek kehidupan yang menuntut adanya inovasi. Inovasi kata Peter F. Drucker (1984) adalah perangkat khusus dari kewirausahaan. Kewirausahaan tanpa inovasi tidak akan menghasilkan perubahan yang menggambarkan adanya pertumbuhan dan kemajuan. Kewirausahaan sendiri adalah mental-set yang selalu melihat perubahan dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk mengoptimalkan produktivitas dan hasil dari sumber daya yang tersedia. Sedangkan inovasi ditandai oleh munculnya ide atau gagasan setelah melihat adanya peluang dari tantangan perubahan. Kewirausahaan dan inovasi selain terutama berlangsung di bidang industri dan bisnis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, juga dapat diarahkan pada pengembangan pelayanan sosial dan pendidikan.
Kembali merujuk pendapat Peter F. Drucker terkait sumber inovasi, di antara 7 (tujuh) sumber inovasi yang dikemukakan Drucker, ada 3 (tiga) sumber inovasi yang relevan untuk diangkat di sini yaitu; pertama, perubahan demografi, yang dalam konteks dewasa ini dapat dikaitkan dengan komposisi penduduk berdasarkan usia dengan kategori generasi baby boomers, generasi X, Y atau generasi millennial. Kedua, perubahan persepsi, mood dan pemaknaan. Generasi millennial dengan persepsi dan pemaknaan serta mood yang berbeda dengan generasi sebelumnya dalam merespon mode atau produk inovasi adalah sumber inovasi itu sendiri untuk munculnya ide tentang format pelayanan atau produk yang sesuai persepsi, mood dan pemaknaan dari segmen konsumen generasi milenial. Ketiga adalah adanya pengetahuan baru yang bersifat saintifik dan non saintifik yang menginspirasi gagasan inovatif. Ketiga sumber inovasi tersebut dalam konteks kondisi dewasa ini kiranya dapat memberikan inspirasi bagi lahirnya inovasi ragam format dan model produk yang sejalan dengan minat segmen pasar tertentu. Tantangan pandemic covid 19 telah menyediakan banyak peluang bagi lahirnya ide dan gagasan inovatif untuk direalisasikan ke dalam beragam format industri dan bisnis ataupun pelayanan sosial dan pendidikan. Karena itu, sudah waktunya bagi universitas menggerakkan semangat kewirausahaan dalam melahirkan gagasan inovatif yang muncul dari peluang tantangan pandemic covid 19. Seperti yang telah disinggung di muka, salah satu peluang bagi lahirnya gagasan inovatif saat ini misalnya yaitu pada penerapan kebijakan Kampus Merdeka yang dapat dilakukan dengan pendekatan quadruple helix berupa rancangan program dan pelaksanaannya dengan melibatkan unsur pemerintah, dunia industri, bisnis dan UMKM, serta masyarakat konsumen pengguna yang sekaligus sebagai mitra universitas. Semoga ! (ND)