Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kepada Allah atas segala limpahan karunia-Nya kepada kita semua, nikmat iman, Islam, dan tentunya nikmat umur sehingga masih dapat berkhidmat untuk umat, bangsa, dan agama menuju peradaban yang lebih maju.
Alhamdulillah kembali hadir di tengah kita edisi ketiga e-buletin al Bayan yang menyajikan informasi hasil kajian serta rangkaian aktivitas terkait Enterprising, Integrasi Ilmu dan Budaya Korporat Islami, dilengkapi dengan berita seputar kegiatan kajian dari PKSNIK, dan satu tajuk refleksi dalam kolom Zawiyah.
Pada edisi ketiga ini, kita disuguhkan tulisan Sdr. M. Ghozali Moenawar, Lc., M.M berjudul “Balancing Standar Ilmiah dengan Nilai-nilai Islam di UAI” yang menggambarkan pemikiran Pak Habibie tentang keseimbangan imtak dan iptek yang telah menjadi wacana di kalangan cendekiawan dan saintis Muslim Indonesia di era 1990-an, dan masih menjadi warna tersendiri bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Ghozali mengutip pandangan Barbour bahwa Indonesia memiliki akar sejarah teori ilmu pengetahuan (nadhariyat al-ma’rifah) atau epistemologi yang layak untuk dikembangkan. Sejalan dengan itu, Prof. Mahmoud Hamdy Zaqzouq (1992) dalam pengantar Nadhariyyat al Ma’rifah bayna al-Qur’an wa al-Falsafah karya Dr. Rajih Abdul Hamid al-Kurdiy, juga menjelaskan hal yang sama. Selanjutnya dari pemikiran Pak Habibie, Pak Zuhal menekankan pentingnya integrasi ilmu di dunia pendidikan yang diterapkan di Universitas Al Azhar Indonesia. Pemikiran-pemikiran inilah yang mendasari muculnya integrasi ilmu di Universitas Al Azhar Indonesia, dan terus dipertahankan sampai saat ini. Selanjutnya kita nikmati tulisan epistemologi berjudul “Identitas dan Ego” yang ditulis oleh Sdr. Fokky Fuad Wasitaatmaja – melalui tulisan dari Sdr. Fokky menjelaskan bahwa manusia menyandang berbagai predikat yang menjadi identitasnya, identitas keagaamaan, kebahasaan, kebangsaan, pendidikan, dan atribut apapun yang melekat pada subjek manusia. Identitas pribadi akan lebur manakala individu tersebut berada dalam satu komunitas yang sama. Namun yang menjadi paradox adalah manakala ego menguasai diri untuk mencari ‘keakuan’ pribadi yang terkadang menjadi penghambatan dalam komunikasi organisasi.
Dari kajian enterprising, Prof. Nurhayati Djamas menulis “Spirit Kewirausahaan dan Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka” tulisan ini merupakan sumbang saran terkait pelaksanaan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang tengah dijalani UAI. Melalui perkuliahan JK3, UAI dapat menawarkan kerjasama dalam pelaksanaan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka untuk perkuliahan kewirausahaan yang dapat diikuti oleh mahasiswa dari kampus manapun.
Edisi ketiga ini dilengkapi juga dengan laporan kegiatan Penyusunan Nilai-nilai Islam, Ke Al Azhar an, dan Tujuh Elemen Dasar untuk DP3 Karyawan UAI, dan Laporan Penulisan Buku Kewirausahaan UAI yang telah memasuki fase akhir penulisan, dan terakhir tentang persiapan the 4th ICIE yang akan diselenggarakan pada Bulan Agustus 2021.
Edisi kali ini ditutup dengan kolom Zawiyah yang berisikan refleksi kehidupan. Refleksi berjudul “Bermental Kaya” yang mengangkat refleksi atas satu hadits tentang keutamaan mengejar akhirat dibandingkan mengejar dunia, lalu dikaitkan dengan bagaimana sikap Abdurrahman bin Auf dalam melepaskan diri dari kungkungan kehidupan dunia materi menuju kehidupan abadi. Selamat Membaca. Wassalaam
Jakarta, April 2021
AS