PKSNIK News
Kamis, 1 April 2021 Pusat Kajian Strategis Nilai-nilai Islam dan Kewirausahaan (PKSNIK) kembali menyelenggarakan Diskusi Serial Epistemologi Islam yang kelima. Pada diskusi seri kelima ini tema yang diusung adalah “Kajian Literatur Klasik dan Upaya Membangun Kembali Peradaban Islam”. PKSNIK memilih tema ini dengan tujuan mengkaji literatur-literatur klasik hasil temuan para sarjana muslim di abad pertengahan yang dijadikan sebagai jejak sejarah peradaban Islam.
Pada diskusi seri ke-5 ini PKSNIK mengundang dua narasumber yaitu Bapak Pipip Ahmad Rifai Hasan, Ph.D., Ketua Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Universitas Paramadina yang menyampaikan materi berjudul “Kajian Literatur Klasik; Inspirasi bagi Reinventing Peradaban Islam” dan narasumber kedua adalah Dr. Iin Suryaningsih, S.S., M.A., Ketua Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al Azhar Indonesia yang menyampaikan materinya yang berjudul “Kajian Literatur Klasik; Menjelajah Khazanah Integrasi Ilmu”.
Kegiatan ini dimulai dengan pengantar oleh Kepala PKSNIK Prof. Dr. Nurhayati Djamas, MA., M.Si., yang menyampaikan harapan bahwa kedua narasumber dapat membawa kita melihat kembali peninggalan-peninggalan scientific dari para sarjana muslim di abad pertengahan, dengan mempelajari kembali peninggalan sejarah dari para sarjana muslim diharapkan dapat memberi inspirasi, terutama untuk UAI sendiri yang sedang berupaya mengembangkan dan mengkaji kembali integrasi pesan-pesan wahyu dalam Al Qur’an yang berkaitan dengan ayat-ayat kauniyah dengan temuan-temuan scientific di berbagai bidang keilmuan yang berlandaskan epistemologi Islam.
Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor III/IV Dr. Ary Syahriar, DIC., sekaligus memberikan sambutan pada kegiatan ini. Dalam sambutannya Dr. Ary menyampaikan bahwa pemecahan problema pemikiran Islam kontemporer saat ini mustahil dapat dilakukan jika tidak melihat problem pemikiran filsafat Islam klasik, kajian klasik ini sangat penting sebagai platform kita dalam mengembangkan kajian berikutnya untuk melahirkan peradaban baru Islam yang juga sejalan dengan salah satu Renstra UAI yaitu menjadi center of excellence of Islamic civilization.
Dr. Ary juga menyampaikan harapannya, semoga kajian ini dapat dikembangkan untuk memberikan dasar kepada para generasi milenial yang diprediksi akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia di masa mendatang agar mereka nantinya mampu menghadapi perubahan zaman, sehingga mereka dapat menjaga keutuhan Indonesia yang diharapkan menjadi titik pusat perkembangan Islam di dunia.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari kedua narasumber yang dipandu oleh moderator Bapak Abdullah Hakam Shah, Lc., M.A., pembicara pertama adalah Bapak Pipip Ahmad Rifai Hasan, Ph.D., yang menjelaskan bahwa faktor yang menentukan kemajuan peradaban Islam di abad pertengahan adalah keterbukaan dan keberanian umat Islam pada zaman itu untuk menerima gagasan-gagasan dan praktik-praktik ilmu pengetahuan di bidang filsafat, teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru mereka kenal pada saat itu, umat Islam pada masa itu secara rendah hati dan terbuka menjadi murid dari peradaban yang lebih maju di masa itu dalam bidang ilmu pengetahuan yaitu Yunani, Persia, India dan Mesir, dengan menerjemahkan berbagai buku-buku di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat yang kemudian para ilmuwan muslim berhasil mengembangkannya dalam satu kerangka berpikir yang baru. Prestasi umat Islam pada masa itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya cara berpikir yang suportif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
Terakhir Dr. Pipip menyampaikan bahwa “tradisi sebagai landasan kemajuan”, umat Islam perlu mempelajari tradisi intelektual Islam masa lalu dan mengembangkannya secara kreatif, namun kreatifitas itu hanya bisa tumbuh jika terdapat sikap kritis yang wajar yang didasari oleh paham ijtihad. Mengikuti tradisi harus disertai dengan sikap terbuka pada gagasan dan praktik positif yang berasal dari luar.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber kedua Dr.Iin Suryaningsih, S.S., M.A., Beliau mengawali pemaparannya dengan menjelaskan fakta sejarah tentang integrasi ilmu, bahwa terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan dengan agama, menyebabkan para ilmuan (Islam) berusaha mengintegrasikan kembali ilmu pengetahuan dan agama.
Istilah dikotomi dalam ilmu pengetahuan dan agama bukan hal baru yang terjadi saat ini, namun lebih dari itu bahwa kita hanya disuguhkan fakta sejarah, yang dengan fakta sejarah tersebut hendaknya kita termotivasi untuk mencari rekam jejak yang sesungguhnya tentang kebenaran tradisi integrasi ilmu pengetahuan, agar generasi selanjutnya dapat mengenal tradisi dari kekuatan-kekuatan Islam di masa lalu, bukan untuk hidup di masa lalu, tetapi untuk membangun masa kini dan era-era ke depan.
Kemudian Dr. Iin menjelaskan bahwa literatur menjadi satu rekam jejak, bukti adanya khazanah keilmuan, bukti adanya sebuah peradaban dan bukti adanya kebudayaan. Ragam literatur klasik itu terdiri dari dua jenis yaitu lisan dan tulisan, ragam literatur ini mengalami pergeseran tradisi yaitu tradisi dari lisan yang kemudian ditulis lalu disalin untuk menyebarkan tulisan ini agar menjadi banyak, yang kemudian dicetak menjadi teks siap baca. Beliau juga menunjukkan beberapa contoh manuscript dalam bentuk tulisan dari Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Marrakusyi, yang di dalamnya ada muatan tauhid yang dimunculkan.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi, pada sesi ini para peserta baik Dosen UAI maupun peserta dari eksternal UAI memberikan tanggapannya masing-masing.
Acara kemudian ditutup dengan closing remark oleh Kepala PKSNIK Prof. Dr. Nurhayati Djamas, MA., M.Si, yang menyampaikan rasa syukurnya untuk kegiatan diskusi yang sangat konstruktif hari ini, Prof. Nur menyampaikan bahwa peradaban Islam harus diwarnai oleh dimensi illahiah dan juga harus diwarnai oleh kecerdasan hati yang selalu menuntun manusia untuk memilih sikap dan tindakan yang benar bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia itu sendiri dan alam semesta, oleh karena itu dalam rangka mengembangkan peradaban Islam ke depan perlu digalakkan integrasi ilmu pengetahuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut ada 3 hal yang diperlukan yaitu; Khazanah literatur yang menjadi rujukan, para sarjana dan ilmuwan yang memiliki concern terhadap integrasi ilmu pengetahuan, dan riset-riset yang menghasilkan integrasi ilmu pengetahuan.
Lalu ditutup dengan mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada kedua narasumber yang luar biasa pada kegiatan ini, serta kepada moderator dan seluruh peserta yang sampai akhir tetap semangat mengikuti kegiatan ini.
Acara di akhiri dengan do’a serta sesi foto bersama, semoga kegiatan diskusi seri ini dapat memberikan satu inspirasi bagi langkah UAI dalam mengembangkan integrasi ilmu pengetahuan yang berlandaskan epistemologi Islam. []