Umar bin Khatab ra. berkata:
- Aku telah melihat semua teman, namun aku tidak mendapatkan seorang teman pun yang lebih utama daripada menjaga lisan.
- Aku telah melihat semua pakaian, namun aku tidak mendapatkan sehelai pun pakaian yang lebih utama daripada sifat wara’.
- Aku telah melihat semua macam harta, namun aku tidak mendapatkan harta yang lebih utama daripada sifat qana’ah (merasa cukup).
- Aku telah melihat semua kebajikan, namun aku tidak melihat kebajikan yang lebih utama daripada memberi nasihat.
- Aku telah melihat semua makanan, namun aku tidak menemukan makanan yang lebih lezat daripada kesabaran.
Sehubungan dengan sifat wara’, Ibrahim bin Adham pernah menyatakan, “Sifat wara’ adalah meninggalkan segala hal yang syubhat. Adapun meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat adalah dengan meninggalkan hal-hal yang sudah semestinya ditinggalkan.” Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah engkau hamba yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling taat beribadah.” HR. al-Baihaqi
Sifat qana’ah itu dapat terwujud dengan berhenti mencari-cari sesuatu yang tidak dimiliki dan merasa cukup dengan apa yang dipunyai. Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling taat beribadah. Jadilah orang yang qana’ah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur. Cintailah sesama (makhluk) sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi mukmin sejati. Berbuat baiklah terhadap tetanggamu, niscaya engkau akan menjadi seorang muslim sempurna. Kurangilah tertawa karena banyak tertawa dapat membuat hatimu mati.” HR. al-Baihaqi
Dalam hadits lain disebutkan, “Hati itu diciptakan cenderung untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan cenderung membenci orang yang telah berbuat jahat kepadanya.”
Telah dijelaskan bahwa dalam kebaikan terdapat keridhaan manusia dan dalam ketaqwaan terdapat keridhaan Allah SWT. Siapa yang berhasil melakukan keduanya, berarti telah sempurna kebahagiaan dan nikmat yang diraihnya.
Kebaikan (ma’ruf) itu ada dua macam, yaitu kebaikan ucapan dan kebaikan amal perbuatan. Adapun kebaikan ucapan ialah perkataan yang baik, santun, lembut, dan penuh kasih sayang. Adapun kebaikan amal perbuatan adalah memberi bantuan pada siapa pun yang sedang ditimpa musibah.
Terkait dengan kesabaran (poin kelima), ia memiliki tiga rukun, yaitu:
- Mengekang nafsu untuk tidak membenci ketetapan Allah (qadha).
- Menjaga lisan untuk tidak mengucapkan perkataan buruk.
- Menjaga anggota badan dari tindakan-tindakan jahat, seperti menampar muka, menyobek-nyobek pakaian, mencoreng-coreng muka, atau melumuri tubuh dengan debu saat ditinggal mati keluarganya.
Siapa yang sanggup melakukan hal-hal di atas, niscaya dia akan mendapatkan pahala keutamaan sabar yang merupakan separuh iman. Syekh Nawawi al-Bantani, Kitab Nashaihul ‘Ibad