Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan karunia-Nya kepada kita semua, semoga kita senantiasa dalam perlindungan Allah dan tetap istiqamah menjaga diri dan keluarga kita dari wabah dengan menerapkan 5M.
Alhamdulillah, kembali hadir di tengah kita edisi kesembilan e-buletin al-Bayan. Pada edisi kesembilan ini, kita disuguhkan tulisan yang menarik dari Saudara Deden Mauli Darajat berjudul “Etika Islam dalam Jurnalisme”. Saudara Deden melihat adanya pergeseran dalam dunia jurnalisme yang awalnya orang mendatangi informasi, namun saat ini informasi yang datang menghampiri kita. Begitu banyaknya informasi yang datang, sehingga terkadang info sesat, hoaxs dapat memecah belah manusia sehingga perlu etika dalam jurnalisme. Saudara Deden membandingkan antara etika jurnalisme secara umum yang disampaikan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dan etika Islam dalam jurnalisme. Jurnalistik Islami mengedepankan kepada dakwah Islamiyah, yang mengemban misi amar ma’ruf nahi munkar, sehingga apa yang nantinya disampaikan haruslah membawa kemaslahatan untuk umat, harus berisi kebenaran, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kemunkaran, serta keharusan memverifikasi (tabayun) berita sebelum disebar kepada khalayak.
Dari kajian enterprising, Saudara Yudi Ali Akbar juga menyumbangkan tulisan berjudul “Islam dan Semangat Enterpreneur”. Tulisan yang coba mengkaji bagaimana konsep Islam dalam berusaha. Secara garis besar berusaha/bekerja terbagi dalam dua model, ikut pihak ketiga atau berusaha sendiri (entrepreneur). Saudara Yudi coba mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang mendorong perilaku berwirausaha/entrepreneur. Islam mengajarkan bahwa seseorang harus berusaha mengejar rezekinya dengan usaha dan kerja. Lebih lanjut, Islam mendorong umatnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan berwirausaha, seseorang dapat mengangkat harkat hidup orang lain.
Selanjutnya dari kajian Budaya Korporat dan Nilai-nilai Islami, tulisan kali ini berjudul “Menjaga Silaturahmi”. Saudara Muhammad Ridhwan mengangkat tema pentingnya menjaga silaturahmi sebagaimana yang diajarkan dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi. Menjaga silaturahmi ini termasuk satu dari sifat manusiawi yang wajib diteladani –dan dihayati tentunya– oleh sivitas akademika UAI.
Edisi kali ini ditutup dengan kolom Zawiyah yang berisikan refleksi kehidupan. Refleksi berjudul “Mengemas Pujian” ditulis oleh Saudara Abdullah Hakam Shah yang merupakan hasil perenungan bahwa pujian ternyata dapat mencelakakan dan membuat seseorang lupa daratan. Karenanya, seseorang harus paham bagaimana caranya mengemas pujian agar tidak menjadi satu mudharat bagi yang menerima pujian tersebut.
Selamat Membaca. Wassalaam
Jakarta, September 2021
AS