Yoedo Shambodo, S.Sos., M.Si
Selama masa pandemi Covid-19, banyak warga masyarakat yang memanfaatkan media online untuk melahirkan atau membangun bisnis, termasuk dengan menggunakan media sosial. Dengan keterbatasan ruang gerak selama masa pandemi, banyak masyarakat yang mencari kebutuhan dengan cara belanja online. Kesempatan inilah yang bisa dimanfaatkan oleh para penjual untuk mencari celah keuntungan. Saking ketatnya persaingan bisnis di media online menyebabkan banyak penjual yang melakukan bisnis tersebut berlomba-lomba membuat konsumen tertarik untuk membeli produknya dengan harga yang kompetitif.
Umumnya bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh keuntungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Secara sederhana, bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih yang terorganisasi dalam mencari laba melalui penyediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat (Tantri, 2009).
Dalam keberhasilan pencapaian usaha, komunikasi menjadi salah satu faktor penting dalam bisnis. Seperti dalam kegiatan pemasaran tentu membutuhkan komunikasi yang baik terutama kepada konsumen agar produk yang dimiliki bisa diterima sepenuhnya. Dengan komunikasi yang baik, pelaku bisnis bisa menjual produk yang dimiliki dengan lebih baik dan juga bisa menghindari terjadinya kesalahpahaman tidak hanya oleh konsumen, tetapi juga ke rekan kerja ataupun investor.
Komunikasi adalah suatu hal yang vital bagi kehidupan manusia. Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Kegagalan komunikasi menghambat saling pengertian, menghambat kerja sama, menghambat toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial. Sebab, dalam hal ini, komunikasi baik berupa verbal maupun nonverbal dengan berbagai simbol-simbol yang ditunjukkan adalah proses dari interaksi sosial. Raymond S. Ross yang dikutip oleh Deddy Mulyana mengemukakan bahwa “Komunikasi atau Communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin Communis yang beberarti membuat sama” (Mulyana, 2017). Disini maksudnya adalah sama dalam pemaknaannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan yang bertujuan untuk membuat arti atau persepsi yang sama antara penyampai pesan dengan penerima pesan.
Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan) (Muslimah, 2016). Adapun komunikasi bisnis Islam merupakan kegiatan bertukar pesan antar dua atau lebih pihak dalam lingkup bisnis dengan dilandasi aturan Islam. Jadi, seluruh bentuk pesan yang keluar dari pelaku komunikasi harus memperhatikan berbagai etika dan prinsip yang berlandaskan wahyu Allah SWT dan juga hadits Rasulullah sebagai pedoman bermu’amalah dengan baik. Harus disadari bahwa sebagai seorang muslim, dalam situasi apapun ia dibimbing oleh aturan dan prosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan Tuhan dalam syariat-Nya yang dicontohkan melalui Rasul-Nya. Termasuk dalam hal bentuk kegiatan bisnis. Baik itu berhubungan dengan produk, layanan perusahaan, hingga komunikasi dengan berbagai pihak untuk memuluskan berbagai kepentingan usaha. Seorang pengusaha dalam pandangan etika Islam bukan sekedar mencari keuntungan, melainkan juga keberkahan dari Allah SWT dengan memperoleh keuntungan yang wajar atas usahanya itu. Ini berarti yang harus diraih oleh seorang pedagang dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materi tetapi yang penting lagi adalah keuntungan immateriil (spiritual).
Prinsip Komunikasi Bisnis Islam
Secara umum prinsip diartikan patokan atau landasan yang dijadikan pegangan atau acuan untuk melakukan sesuatu. Pada umumnya dalam istilah prinsip mengandung kebenaran yang sudah teruji dan dapat dibuktikan dalam praktik. Bagaimana kemudian komunikasi bisnis Islam ini secara prinsip dapat dijalankan? maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan jawabannya kepada sumber hukum Islam, yakni al-Quran dan Sunnah. Dalam al-Quran, prinsip komunikasi Islam setidaknya ada enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layyina, dan (6) Qaulan Maysura (risalahislam.com, 2020).
Dari enam prinsip komunikasi dalam Islam di atas sangat relevan untuk dijadikan pegangan bagi setiap muslim ketika berbisnis. Keenam prinsip ini bahkan bukan hanya harus diterapkan dalam bisnis, namun juga dalam seluruh aspek kehidupan.
- Komunikasi isinya benar: Kejujuran dan kebajikan (Qaulan Sadida)
Prinsip kebenaran sangat penting dalam berkomunikasi karena mempunyai dampak yang cukup luas di masyarakat. Setiap pelaku bisnis harus memastikan bahwa apa yang dia ucapkan dan sampaikan adalah benar. Dalam arti, menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaannya (fakta). Rasulullah pun menganjurkan umatnya untuk berkata dan berbuat jujur dalam setiap melakukan aktifitas pekerjaan maupun ketika berhubungan dengan orang lain. Karena kejujuran akan membawa ketenangan bagi seseorang.
Dalam al-Quran surat an-Nisa, Allah SWT berfirman:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” QS. an-Nisa [4]: 9)
Dalam al-Quran surat al-Ahzab, Allah SWT menyampaikan firman-Nya yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan besar. (QS. al-Ahzab [33]: 70-71)
Dalil mengenai kejujuran juga disampaikan oleh nabi dalam sebuah hadis:
“Pedagang yang jujur dan amanah (dipercaya) akan (dihimpun) bersama-sama dengan para nabi, para siddiqin, dan orang-orang yang mati syahid” (HR. at-Tirmidzi) (dalam pengusahamuslim.com, 1433H)
Jadi jelas sekali yang diperintahkan bahwa setiap muslim wajib untuk selalu berkata benar sebagai tanda orang beriman dan bertaqwa.
2. Komunikasi yang efektif (Qaulan Baligha)
Selain jujur, pebisnis muslim hendaknya mampu menyusunperilaku komunikasi yang efektif supaya mempunyai dampak atau pengaruh bagi pendengarnya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, dan langsung pada pokok persoalan. Selain itu, supaya komunikasi berjalan dengan efektif dan tepat sasaran, maka gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan karateristik siapa penerima pesan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
Dasarnya terdapat juga dalam al-Quran. Allah SWT berfirman juga dalam surat an-Nisa yang artinya:
“Mereka itu orang orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka, karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (QS. an-Nisa [4] :63)
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. bersabda: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka.” (H.R. Muslim). (dalam Risalahislam.com, 2020).
Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Ketika berbisnis, sangat mungkin kita akan menghadapi banyak orang dengan berbagai karakter dan latar belakang masing-masing, maka dari itu supaya komunikasi bisnis menjadi efektif, kita harus mengenal betul siapakah lawan bicara kita.
3. Komunikasi dengan kata-kata yang baik (Qaulan Ma’rufa)
Bagi seorang pebisnis muslim, berkata (komunikasi) benar dan berdampak ternyata tidaklah cukup dalam menjalankan usaha. Karena perkataan yang benar belum tentu baik.
Pebisnis muslim perlu menata cara berkomunikasi supaya terhindar dari menyinggung perasaan orang lain. Lakukan komunikasi konsumen atau rekan bisnis dengan menggunakan kalimat yang baik, santun dan bijak. Ketika ucapan ini baik atau ‘ma’ruf’ maka akan menghasilkan nilai kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Quran:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS. an-Nisa [4]: 5)
Menurut M. Quraish Shihab, ma’ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan serta pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (Mahfudz, 2020). Maka dalam komunikasi bisnis, hendaknya lakukan komunikasi dengan santun dan beretika menyesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat.
4. Komunikasi dengan Ucapan Mulia (Qaulan Karima)
Berkomunikasi dengan perkataan yang mulia penuh dengan rasa hormat dan bertata krama wajib dilakukan bagi seorang pebisnis, terutama saat berbicara dengan stakeholder bisnis, seperti karyawan, konsumen, hingga pemodal.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali kali janganlah kamu mengatakan keadanya perkataan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka qaulan karima (ucapan yang mulia)” (QS. al-Isra [17]: 23)
Walaupun dalam konteks ayat di atas, perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orang tua. Namun dalam bisnis sepertinya sangat relevan. Komunikasi yang penuh penghormatan tentu akan membawa timbal balik yang positif.
5. Komunikasi yang lemah lembut (Qaulan Layyina)
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan qaulan layyina (perkataan lemah lembut)” (QS. Thaha [20]: 44)
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati (risalahislam.com, 2020).
Prinsip berkata lemah lembut perlu menjadi pegangan bagi pebisnis muslim. Jika mitra bisnis melakukan kesalahan, misalnya ada perhitungan penjualan yang tidak tepat. Maka ketika ingin menegur atau mengkoreksi kesalahan tersebut hendaknya dilakukan dengan kata-kata yang lemah lembut. Tidak perlu menggunakan kata kasar atau merendahkan. Dengan Qaulan Layyina, orang yang diajak berkomunikasi akan merasa tersentuh hati dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi yang kita maksudkan. Contoh lain yang bisa kita aktualisasikan dari Surat Thaha di atas terutama saat komunikasi yang kita lakukan untuk kepentingan bisnis ada hubungannya dengan orang orang yang memiliki kekuasaan atau pangkat.
6. Komunikasi yang mudah dipahami(Qaulan Maysura)
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang. Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysura yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakan lah kepada mereka qaulan maysura (ucapan yang mudah)” (QS. al-Isra [17]: 28)
Dalam kegiatan bisnis, seperti melayani konsumen, negosiasi, promosi, ataupun yang lainnya, prinsip yang perlu dipegang oleh pebisnis muslim adalah pentingnya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan gampang dipahami. Ingat, kita berkomunikasi dengan orang lain. Maka, gunakan perspektif mereka. Raba kondisi pikiran dan psikologis mereka. Jangan membuat orang bingung dan merasa kesulitan menangkap makna makna yang sampai kepada mereka.
Komunikasi yang selama ini biasa dipelajari adalah komunikasi pada wilayah horizontal, yakni bertukar pesan dengan orang lain dengan tujuan tertentu. Namun pada komunikasi bisnis Islam yang terdapat pada enam prinsip komunikasi dalam Islam, kita bisa mengambil sisi yang lain. Komunikasi dalam perspektif religiusitas. Ada keterlibatan seorang hamba dengan Tuhannya, keterlibatan dengan komunikasi yang kita lakukan berhubungan dengan ibadah kepada Allah SWT. Selain itu kita perlu menyadari bahwa keenam prinsip di atas semuanya relevan dalam konteks bisnis. Jadi sangat mungkin untuk dipraktikkan. Hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa Islam adalah ajaran yang syamil mutakamil (sempurna dan menyeluruh).
References
Barometernes.id, “Qaulan ma’rufa Perkataan yang Baik Langkah Komunikasi Efektif”, 12 November 2021, 15:30.
Kementerian Agama RI, 2010, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits Sahih, Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema.
Muljadi, 2019, Etika dan Komunikasi Bisnis Islam, Jakarta: Penerbit Salemba
Mulyana, Deddy, 2017, Ilmu Komunikasi Suatu Pengatar, Bandung: Rosdakarya.
Muslimah, 2016, “Etika Komunikasi Dalam Persfektif Islam”, Jurnal Sosial Budaya, Vol. 13, No. 2, hal 115-125.
Tantri, Francis, 2009, Pengantar Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers
Pengusahamuslim.com, “Keutamaan Pedagang Yang Jujur Dan Amanah”, 11 November 2021, 20:00.
Risalah.com, “6 Prinsip Komunikasi Islam”, 12 November 2021, 15:00.