Marhaban Yaa Ramadhan

PKPENK Team

Dalam hitungan beberapa hari lagi, umat Islam akan memasuki bulan termulia, bulan yang di dalamnya terdapat banyak keistimewaan yang tidak terdapat di bulan lainnya, bulan di mana pahala-pahala akan dilipat gandakan dan pintu ampunan terbuka lebar.

Maka sudah sepatutnya timbul rasa gembira pada diri kita karena masih diberi anugerah untuk ikut menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini.

Quraish Shibab dalam Wawasan Al-Quran menjelaskan tentang kata yang paling sering didengar saat datangnya bulan puasa adalah ‘Marhaban yaa Ramadhan’. Marhaban yang diambil dari kata rahb berarti luas atau lapang, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. (Shihab, 1996)

Marhaban yaa Ramadhan mengadung arti kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita.

Dan menyambut bulan Ramadhan dengan lapang dada dan perasaan senang merupakan keutamaan tersendiri sebagaimana hadits yang dikutip  dalam kitab Durrotunnasihin dalam menjelaskan tentang keutamaan bulan Ramadhan: (Khoubawiy, tt)

مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ

Artinya: “Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka

Marhaban yaa Ramadhan kita ucapkan untuk bulan suci itu karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan ke jalan keabadian, perjalanan Menuju Allah SWT.

Ada gunung yang tinggi yang harus didaki guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi bila tekad tetap membaja, akan tampaklah cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepas dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan, akan ditemukan kendaraan ar-Rahman untuk mengantar sang Musaffir bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT. Demikian lukisan perjalanan dalam kitab Madarij as-Salikin yang ditulis oleh Ibnul Qoyyim al-Jauziyah. (al-Jauziyah, 1999)

Keutamaan Bulan Ramadhan

Sesungguhnya bulan Ramadhan memiliki keutamaan-keutamaan yang besar. Bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bulan lainnya. Bulan ini adalah bulan al-Quran. Bulan rahmat dan ampunan. Bulan ini adalah bulan pembebasan dari api neraka. (Khoubawiy, tt)

Wasilah-wasilah untuk menggapai rahmat dan ampunan tersedia begitu banyak di bulan ini. Dan hal itu mudah untuk didapatkan. Jalan-jalan menuju ke sana banyak. Selain itu, potensi untuk melakukan keburukan dipersempit. Setan-setan yang jahat dibelenggu. Allah Ta’ala berfirman,

 شَهْرُ  رَمَضَانَ  الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. al-Baqarah [2]: 185)

Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ فَلا يُفْتَحُ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِحَّتْ أَبْوَابُ الْجِنَانِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَللَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ

Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu pun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

Sholat yang lima waktu, sholat Jum’at sampai Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, adalah penghapus-penghapus dosa di antara waktu-waktu tersebut, selama dosa besar tidak dilakukan.” (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam redaksi berbeda Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Kita memohon kepada Allah agar diberi taufik menuju kebaikan, dan dianugerahkan keistiqomahan untuk mengamalkannya. Kita juga memohon agar Allah menjauhkan kita dari segala keburukan, dan menghalangi langkah kita menuju ke sana. Dan kita juga memohon agar kita termasuk orang-orang yang Allah bebaskan dari api neraka. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa dan Maha mengabulkannya.

Terdapat satu Riwayat dari Rasulullah SAW. bahwasanya beliau bersabda,

أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ أَحَدٌ وَالِدَيْهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ: آمِيْنٌ فَقُلْتُ: آمِيْنٌ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَمَاتَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَأَدْخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ: آمِيْنٌ فَقُلْتُ: آمِيْنٌ قَالَ: وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَّلِ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ: آمِيْنٌ فَقُلْتُ: آمِيْنٌ.

Jibril mendatangiku dan berkata, “(1) Wahai Muhammad SAW, barangsiapa yang mendapati salah seorang dari kedua orang tuanya (namun ia tidak berbakti kepada orang tuanya tersebut) kemudian ia meninggal dunia, maka ia akan masuk ke dalam Neraka dan semoga Allah SWT akan menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Katakanlah, Amin, maka aku mengatakan, Amin. (2) Wahai Muhammad SAW, barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan kemudian ia meninggal dunia sebelum ia mendapatkan pengampunan, maka ia akan masuk ke dalam Neraka dan semoga Allah SWT akan menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Katakanlah, Amin, maka aku mengatakan, Amin. (3) Barangsiapa yang disebut namamu di sisinya namun ia tidak bershalawat kepadamu kemudian ia meninggal dunia, maka ia akan masuk ke dalam Neraka dan semoga Allah SWT akan menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Katakanlah, Amin, maka aku mengatakan, Amin. [HR. Thabrani. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam Shahihul Jami’: 75].

Marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai sebuah momen penyegaran dalam berbagai laku kehambaan kita kepada Allah SWT setelah berbulan-bulan kita menjalankan rutinitas ibadah, pekerjaan atau pun selainnya.

Momen Ramadhan ini hendaknya menjadi langkah bersama bagi kita umat muslim sekalian untuk menyegarkan dan meningkatkan lagi ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Wajib bagi seorang muslim untuk memperhatikan kondisinya di bulan Ramadhan. Memberi perhatian dengan sepenuh hatinya. Dan mempersiapkan kegiatan untuk mengisi hari-harinya. Wajib bagi seorang muslim untuk bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bersuka ria dengan keutamaan-keutamaan yang ada di dalamnya.

Kalau seandainya ada seseorang yang tidak meraih rahmat di bulan ini, padahal rahmat begitu dibagi-bagikan sebesar-besarnya dan semudah-mudahnya, lalu kira-kira kapan lagi mereka akan mendapatkannya? Siapa yang tidak mendapatkan ampunan di bulan ini, padahal ia begitu mudah diraih, kiranya kapan lagi ia bakal mendapatkannya?

Mereka ibarat orang-orang yang mendapati masa-masa panen. Masa-masa keuntungan mudah diraih. Masa-masa diskon dimana-mana. Tapi ia malah gagal panen sendiri. Malah rugi. Malah tidak dapat diskon. Kira-kira kapan lagi ia akan dapat bagian? Ibarat orang yang mendapatkan air yang banyak, bahkan melaut, tapi ia berkesempatan jangankan untuk mandi, untuk wudhu saja tidak sempat dan tidak bisa. Kira-kira kapan lagi ia bakal mandi dan berwudhu?

Demikian kiranya, siapa yang tidak mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan. Siapa yang tidak mengisinya dengan taubat dan kembali kepada Allah dengan mengerjakan amalan ketaatan. Mengisinya dengan berdoa. Kira-kira kapan lagi ia akan mendapatkan keutamaannya? Apalagi di bulan itu terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku.”

DAFTAR PUSTAKA

al-Jauziyah, I. Q. (1999). Madarijus Salikin (terj) Pendakian Menuju Allah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Khoubawiy, U. b. (tt). Durrotun Nashihin fil Wa’dli wal Irsyad. Misra: Dar Fikr.

Shihab, M. Q. (1996). Wawasan Al-Quran. Bandung: Penerbit Mizan.