Meraih Lailatul Qadr Menggapai Fajar Baru Kehidupan

PKPENK Team

Tanpa terasa, bulan Ramadhan telah memasuki sepertiga akhir yakni sepuluh malam terakhir.  Rasulullah SAW memberikan tauladan berkenaan hari-hari akhir dari bulan Ramadhan ini. Sepuluh malam yang satu diantaranya terdapat malam seribu bulan, malam kemuliaan. Bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan umatnya dalam menjalani hari-hari di akhir Ramadhan ini?

Dalam satu riwayat dari A’isyah r.a disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (H.R. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Hadits yang diriwayatkan oleh A’isyah ra tersebut menginformasikan bagaimana sikap Rasulullah SAW dalam menghadapi 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Beliau menghidupkan malam-malam ini dengan lebih banyak beribadah, bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan membangunkan isteri-isteri untuk beribadah. Ibadah yang dapat menghiasi malam-malam tersebut antara lain shalat, zikir, membaca al-Quran, taubat, dan memperbanyak sedekah.

Dalam kitab Lathoiful Ma’arif (al-Hambali, 1428), Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku sangat suka pada diriku jika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam hari dengan ibadah, lalu membangunkan keluarga untuk shalat jika mereka mampu.

Setidaknya terdapat tiga keutamaan 10 hari terakhir bulan Ramadhan, pertama, sepuluh hari terakhir adalah penutup dari bulan penuh berkah ini. Selayaknya seorang muslim mengejar amalan-amalan karena siapa tahu ia tidak akan dapat bertemu kembali dengan Ramadhan tahun berikutnya. Kedua, sepuluh malam terakhir adalah malam-malam yang dicintai Rasulullah. Rasulullah SAW selalu melaksanakan i’tikaf di malam-malam tersebut. Ketiga, kerinduan akan hadirnya Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan

Lailatul Qadr: Malam 1000 Bulan

Lailatul Qadr adalah satu malam yang disebutkan dalam al-Quran sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Keutamaan malam ini menjadi daya tarik untuk mengejarnya di sepuluh malam terakhir.

Imam al-Ghozali (Al-Ghozali, 2002) menyebutkan bahwa lailatul qadr adalah malam yang ketika itu akan tersingkap sebagian dari kebesaran ‘alam malakut (alam atas) sebagaimana dalam firman Allah QS. al-Qadr [97] : 1.

إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam qadar.”

Lalu ia – Imam al-Ghozali — menjelaskan barang siapa yang menjadikan ruang antara hati dan dadanya sebagai gudang penyimpan makanan, maka akan tertutuplah ia dari pemandangan itu.  Bahkan pengosongan perut sekali pun tidak akan sanggup menyibakkan tirai penutup tersebut apabila himmah-nya tidak dikosongkan sama sekali dari apa pun selain Allah SWT. Jadi pengosongan perut dari nafsu tersebut sebagai langkah awal, lalu hati kita dipenuhi dengan segala kebaikan yang tentu saja sangat kondusif di bulan Ramadhan ini.

Quraish Shihab (Shihab, 1995) menjelaskan bahwa manakala jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailatul Qadr datang menemuinya, ketika itu malam kehadirannya menjadi Qadr – dalam arti malam yang menentukan bagi perjalanan hidup seseorang di masa-masa mendatang. Saat itulah menjadi titik tolak seseorang meraih kemulian dan kejayaan di dunia dan akhirat. Sejak itu malaikat akan turun guna menyertainya dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbit fajar kehidupannya yang baru kelak di hari kemudian.

Syaikh Muhammad Abduh, sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab menjelaskan bahwa Imam al-Ghozali dalam satu kitabnya pernah menyampaikan akan hadirnya malaikat dalam diri manusia. Abduh menggambarkan bagaimana dalam diri setiap manusia selalu ada bisikan baik dan buruk, yang membisikkan kebaikan itu adalah malaikat sementara yang membisikkan keburukan adalah syaithon.

Dengan turunnya malaikat pada malam Lailatul Qadr yang akan menyertainya, akan berdampak salam atau damai yang tidak hanya berakhir di saat fajar berikutnya, namun akan terus damai sampai fajar kehidupan baru di hari kemudian.

Dalam upaya mengejar malam lailatul Qadar inilah Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Lantas adakah petunjuk yang menerangkan kapan kira-kira terjadinya lailatul qadr? Apakah ia hadir hanya 15 abad yang lalu manakala al-Qur’an diturunkan?Dengan telahsempurnanya al-Qur’an, apakah masih memungkinkan kita menemukan malam lailatul qadr?

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa lailatul qadr terjadi di sepuluh hari terakhir,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Terjadinya lailatul qadr di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadr di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Setelah kita mengetahui akan adanya malam lailatul qadr, maka pertanyaannya, bagaimana cara kita mengejar malam tersebut sehingga kita dapat meraihnya? Ada 6 kiat yang dirangkum dari berbagai sumber terkait cara meraih lailatul qadr tersebut.

  1. Menghidupkan malam

Pada malam-malam akhir dari bulan Ramadhan, banyak kaum muslimin yang menghidupkannya dengan memperbanyak shalat malam, tadarrus dan tadabbur al-Qur’an, memperbanyak zikir, dan bagi yang berkesempatan biasanya melaksanakan I’tikaf di masjid. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak tidur di akhir-akhir Ramadhan, menghidupkannya dengan beribadah, shalat, zikir, dan amalan lainnya sampai terbit fajar.

  • Melaksanakan shalat-shalat sunat

Salah satu amalan yang dapat menambah pundi-pundi pahala adalah melaksanakan sholat-sholat rawatib, sholat dhuha,

  • Memperbanyak zikir dan doa

Satu doa yang sering dibaca dan direnungkan oleh Rasulullah SAW adalah,

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Doa ini juga menjadi jawaban ketika ‘Aisyah ra bertanya tentang doa yang dibaca saat menemukan lailatul qadr.

  • Memperbanyak sedekah.

Memperbanyak sedekah adalah satu pilihan amalan yang dapat dikerjakan di sepuluh hari terakhir. Amalan ini menyempurnakan ibadah puasa.

Dalam QS. Sajdah [32]: 16

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Sajdah [32]: 16)

  • Membaca al-Quran

Dalam surah al-Fatir, Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَـٰرَةً لَّن تَبُورَ

لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Quran) dan melak­sana­kan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, {29} agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” {30)

QS. al-Fatir [35]: 29-30

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

“Bacalah oleh kalian al-Qur’an. Karena sesungguhnya al-Qur’an itu akan datang menghampiri kalian di hari Kiamat sebagai syafaat” (HR. Muslim)

Salah satu tradisi yang sering dilakukan adalah khataman al-Qur’an. Banyak di antara kita yang menargetkan one day one juz. Alangkah baiknya jika di sepuluh hari terakhir, qiraah diperbanyak. 

  • I’tikaf

I’tikaf adalah berdiam di masjid, fokus dengan ibadah kepada Allah dengan berzikir, berdoa, membaca al-Quran, sholat Sunnah, bersholawat, bertaubat, beristighfar, dan lainnya. 

Demikian 6 cara yang dapat dilakukan dalam menggapai lailatul qadr tersebut.

Siapapun yang mendapatkan keutamaan malam itu, ia akan mendapatkan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Perubahan ke arah positif inilah yang dapat membawa pencerahan bagi kehidupannya kelak.

Tidak hanya sampai terbit fajar keesokan harinya, namun sampai akhir kehidupan dan di kehidupan akhirat kelak. Semoga kita berkesempatan meraih malam yang mulia ini. Sehingga kita dapat merasakan kegemilangan hidup kelak. []