Syaikh Nawawi al-Bantani
Sebagian hukama’ pernah ditanya:
“Apabila seorang hamba bertobat, apakah engkau mengetahui bahwa tobatnya diterima atau ditolak?“ Dia menjawab, “Aku tidak berhak menentukan apakah tobatnya itu diterima atau ditolak. Akan tetapi, untuk diterimanya tobat itu, ada tanda-tandanya.
- Dia merasa sulit terhindar dari kemaksiatan.
- Di merasa di dalam hatinya bahwa kegembiraan itu terasa jauh dan kesedihan itu terasa dekat.
- Dia selalu mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi orang-orang jahat.
- Dia menganggap bahwa harta dunia yang banyak itu sedikit dan memandang amal akhirat yang sedikit itu banyak.
- Hatinya selalu disibukkan dengan ketaatan kepada Allah dan tidak menyibukkan diri dalam mencari rezeki yang sudah dijamin oleh-Nya.
- Selalu menjaga lisan, selalu bertafakkur tentang keagungan Allah, dan selalu menyesali kemaksiatan yang pernah diperbuat.
Nabi SAW pernah bersabda, “Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan.” (H.R. al-Baihaqi)
Dalam hadits lain, beliau bersabda, “Sesungguhnya , manusia yang paling banyak dosanya pada Hari Kiamat adalah mereka yang banyak berbicara sia-sia.” (H.R. Ibnu Nashr)
Adapun yang terkait tafakkur keagungan tentang Allah, Nabi SAW bersabda, “Bertafakkurlah tentang keagungan Allah, surga dan neraka-Nya, selama satu jam lebih baik daripada shalat sehari semalam.” (H.R. Abu asy-Syaikh)
Dalam hadits lain, beliau bersabda, “Bertafakkurlah tentang makhluk Allah, jangan bertafakkur tentang Dzat Allah atau kalian celaka.” (H.R. Abu asy-Syaikh)[] Dikutip dari Kitab Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani.